IKHTIAR LAHIR DAN BATIN DALAM MELAWAN COVID-19

oleh: Khairil Anwar Dalam tulisan ini, saya ingin membahas tentang ikhtiar kita untuk bersatu dan bersama melawan Covid-19. Sebagai seorang yang beriman dan warga negara yang baik, kita wajib taat dan mendukung umara (pemerintah) dan ulama sebagai representasi ulil amri sebagaimana disebutkan dalam QS An-Nisa: ayat 59. “Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan ulil amri di antara kamu…”. Sebagian ahli tafsir memahami bahwa ulil amri itu adalah perpaduan antara umara dan ulama. Oleh karena itu, berbagai himbauan pemerintah dan fatwa ulama sepatutnya harus kita ikuti dan taati dengan penuh kebersamaan dan kedisiplinan untuk melawan pandemik Covid-19, sepanjang pemerintah dan ulama tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Lebih dari itu, dalam QS. Al-Maidah, ayat 32 disebutkan bahwa siapa yang membunuh satu orang manusia seolah-olah dia membunuh semuanya. Begitu pula sebaliknya siapa yang menghidupkan seorang manusia, maka seolah-olah dia menghidupkan seluruhnya. Bahkan, Allah juga berfirman dalam QS Al-Baqarah, ayat 195: “Dan jangan kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan…”. Dalam konteks pandemik Covid-19, kita perlu berhati-hati dan waspada dalam menyikapinya, jangan sampai kita ikut menyebarkan virus Corona kepada orang lain, bahkan mungkin menghilangkan nyawa sendiri, isteri, keluarga terdekat dan nyawa orang lain. Berempatilah kepada para dokter dan tenaga medis yang berjuang di garis terdepan. Di sinilah pentingnya menjaga nyawa manusia (hifz al-nafs) sebagai satu prinsip beragama, sehingga para ulama menjadikan hifz al-nafs menjadi salah satu maqasid as-syari’ah (tujuan bersyariah atau beragama) selain hifzhul-maal (menjaga harta dan perekonomian). Dalam ikhtiar melawan, mencegah, dan memutus penyebaran mata rantai pandemic Covid-19 di Kalimantan Tengah khususnya, dan di Indonesia pada umumnya, perlu dilakukan ikhtiar sebagai berikut: IKHTIAR LAHIR (SYARIAT). Ikhtiar ini dikenal dalam Alquran dengan istilah “sunnatullah”. Sunnatullah adalah ketentuan Allah swt yang mempunyai hubungan sebab akibat dan tidak dapat dirubah oleh siapa pun juga (QS. Al-Ahzab: 62). Istilah sunnatullah lebih tepat dipakai dalam Islam dibandingkan istilah “hukum alam” khususnya ketika kita mengkaji tentang ilmu-ilmu sains seperti ilmu kedokteran, farmasi, biologi, dan kimia. Dalam konteks ikhtiar sunnatullah untuk mengatasi penyebaran Covid-19, sungguh banyak himbauan pemerintah dan para ahli kedokteran yang patut diikuti, seperti membiasakan prilaku hidup sehat dan bersih. Dengan hidup sehat dan bersih, virus Corona tidak akan sampai menyentuh dan menyerang tubuh kita. Kemudian, kita dihimbau untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Ajaran Islam sangat menganjurkan prilaku hidup sehat dan bersih. Allah swt amat senang terhadap orang-orang yang suci dan bertobat (QS. Al-Baqarah: 222). Kebersihan itu termasuk sebagian daripada iman. Oleh karena itu, mari kita jaga kebersihan lingkungan di sekitar kita, termasuk sekolah, kantor, dan masjid. Upaya sunnatullah juga dilakukan dengan memperkuat imun tubuh kita seperti berolah raga, memakan makanan yang halal dan baik /bergizi (QS.al-Baqarah:168), dan istirahat yang cukup. Oleh karena itu, mari kita biasakan berolah raga minimal 3o menit sehari; kita makan makanan yang halal, baik, dan bergizi, seperti memakan buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya yang mengandung vitamin C dan E, serta memimun air putih minimal 2 liter sehari. Lebih dari itu, kita biasakan untuk istirahat tidur sekitar 7 jam perhari. Kalau imun atau kekebalan tubuh kita baik, maka virus Corona meskipun sudah masuk ke dalam tubuh kita, virus Corona insya Allah akan dikalahkan oleh imunitas dan kekebalan tubuh. Ikhtiar sunnatullah berikutnya adalah menghindari bercampurnya orang yang sehat dengan orang yang sakit terkena virus Corona. Kemudian, diharapkan juga tidak mudik kampung dari tempat zona merah atau berpergian ke daerah-daerah yang terkena virus Corona. Nabi pernah bersabda: “Apabila kamu mendengar berita wabah virus (Thaa’uun) menjangkiti suatu negeri, maka janganlah kamu pergi ke sana. Tapi jika telah terjadi wabah virus di suau negeri dan kamu berada di dalamnya, maka janganlah kamu keluar lari daripadanya. Hadis ini mengajarkan tentang sistem karantina dan isolasi agar wabah tidak menyebar ke luar daerah. Bahwa kita dilarang masuk ke daerah wabah, dan jika kita berada di tempat wabah kita dilarang keluar sampai virus ditemukan obatnya. Jika orang yang positif Covid-19 ditakdirkan sampai meninggal dunia, maka insya Allah yang bersangkutan termasuk mati syahid, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Kematian karena wabah adalah syahid bagi tiap muslim”. IKHTIAR BATIN. Ikhtiar batin ini (kekuatan iman dan tauhid) dikenal dengan Inayatullah (memohon pertolongan Allah) dengan cara mengetuk pintu langit. Ikhtiar inayatullah ini sungguh banyak macamnya. Di antaranya adalah membaca istighfar, bertobat kepada Allah minimal 100 kali sehari semalam, berzikir, membaca Alquran, membaca salawat kepada Nabi minilal 100 kali, bersedekah sesuai dengan kemampuan, dan berdoa kepada Allah swt agar virus Corona cepat hilang dari muka bumi ini. Selama musim pandemik Covid-19, banyak doa-doa yang disarankan untuk dibaca. Ada doa yang bersumber dari Alquran dan Hadis, tapi ada juga dari para ulama. Semua doa itu, maknanya baik untuk menjauhkan diri dari berbagai penyakit, bala, dan wabah. Hemat saya yang penting adalah pembaca memahami maknanya dan optimis diterima oleh Allah swt. Di antara bacaan yang bersumber dari hadis Nabi dan patut dibaca setiap pagi dan sore sebanyak 3 kali, bahkan bacaan ini direkomendasikan dibaca ketika kita hendak memakan atau meminum sesuatu yang kita khawatirkan bagi keselamatan tubuh. Bacaan yang diajarkan Nabi itu adalah: “BismilLahilladzii laa yadhurru ma’asmiHii syai’un fil-ardhi walaa fis-samaa’i wa Huwas-Samii’ul’Aliim” (Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya. tidak ada sesuatu yang memudharatkan di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) Setelah kita melakukan ikhtiar lahir (sunnatullah) dan batin (inayatullah), maka kita dianjurkan untuk bertawakkal kepada Allah swt. Di saat bertawakkal itu sejatinya mengandung makna ikhlas, syukur dan sabar terhadap apapun yang akan terjadi dengan penyebaran virus Corona. Apapun yang terjadi maka sejatinya itulah yang namanya takdir, menurut ahlussunnah waljamaah. Inilah sejatinya yang disebut dengan moderasi beragama. Walhasil, dalam upaya mengatasi penyebaran pandemik Covid-19, diperlukan ikhtiar sunnatullah, inayatullah, dan tawakkal ‘alallah. Wallahu A’lam bish-shawab.